Jumat, 01 Agustus 2008



Pada saat peperangan antara kaum muslim dan orang-orang kafir, dimana ada seorang dari kelompok muslimin yang terbunuh di medan pertempuran, banyak para sahabat Rosululloh yang menduga bahwa dia telah mati syahid dalam pertempuran tersebut, tapi sobat apakah yang terjadi ? apa kata Rosul waktu itu ? Rosul berkata bahwa dia gugur mendapatkan apa yang dia niatkan sebab dia berperang hanya karena ingin mendapatkan pujian ( biar dikatakan seorang pahlawan ).

Kisah diatas hanya sepenggal kisah atau cerita tentang pentingnya sebuah niat dalam melakukan sesuatu hal. Mengapa saya katakan sangat penting sekali tentang niat tersebut ? tak lain karena masalah niat menjadi dasar atau pondasi kita dalam mengerjakan segala sesuatu yang sifatnya positif bukan negatif, dan juga niat merupakan modal awal untuk melangkah menuju prestasi yang bersifat positif. Dengan berpondasikan niat yang lurus atau benar InsyaAlloh segala sesuatu apa yang kita kerjakan tidak akan menjadi sia-sia.

Sebenarnya apasih yang dinamakan niat itu ? Secara bahasa, niat berarti kehendak atau tujuan. Secara syara', niat berarti kehendak atau keinginan kuat yang diikuti dengan tindakan nyata. Esensi niat adalah tempat tujuan aktivitas dilakukan, bukan cara penyampaiannya. Niat secara lisan akan tetapi ditujukan kepada Allah SWT lebih baik daripada niat dalam hati, tetapi tidak sepenuhnya ditujukan kepada Allah SWT. Demikian pula sebaliknya

Umar bin Alkhattab r.a berkata : Saya telah mendengar Rasululloh saw bersabda : Sesungguhnya sah atau tidak sesuatu amal, tergantung pada niat. Dan yang teranggap bagi tiap orang apa yang ia niatkan, maka siapa yang berhijrah (mengungsi dari daerah kafir ke daerah Islam) semata-mata karena taat kepada Alloh dan Rasululloh, maka hijrah itu diterima oleh Alloh dan Rasululloh. Dan siapa yang hijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang ingin dikawin, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niat hijrah kepadanya.” (Bukhari, Muslim)

Karena pentingnya soal niat tersebut, para ulama meletakkan niat tersebut sebagai rukun pertama dalam hal beribadah dan niat tersebut juga yang membedakan antara ibadah dengan adat, hanyalah niat. Suatu perbuatan yang selalu dia niatkan dengan benar sesuai tuntunan Alloh dan Rasulnya, InsyaAlloh perbuatan tersebut akan menjadi berkah dan berpahala


Meluruskan Niat Dengan Muhasabah

Sahabatku….Sesungguhnya kita sebagai orang muslim dituntut untuk senantiasa bermuhasabah (introspeksi) diri. Apakah yang kita kerjakan selama ini sudah sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah SWT. Atau apakah kita mengerjakan sesuatu hanya semau gue atau asal-asalan yaitu untuk memuaskan keinginan dunia atau hawa nafsu kita saja.

Sudah barang tentu kita tidak mau kalau nanti ujung-ujungnya merugi, apabila yang kita lakukan dengan susah payah dengan mengorbankan banyak waktu, tenaga dan harta benda, tidaklah bernilai apapun di hadapan-Nya, dan alangkah bodohnya kita apabila telah membiarkan waktu hidup kita di dunia yang sedikit ini berlalu begitu saja, tanpa memperoleh keuntungan yang besar yaitu keuntungan pahala di akhirat nanti.

Kita ibaratkan orang yang sedang berjalan di jalan yang basah dan licin, penuh semak dan duri, kita harus terus berhati-hati mengayunkan langkah. Menengok kebelakang untuk memastikan kebenaran jalan dan memeriksa kedepan untuk memulai langkah kembali. Sebagai contoh saat kita mengerjakan sholat, memang diawal kita sudah berniat untuk sholat secara khusuk namun di tengah perjalanan banyak sekali godaan ataupun rintangan yang membelokkan kita pada niat kita untuk beribadah kepada Allah, pada saat sholat pikiran kita telah berpindah-pindah tempat entah itu kita sedang memikirkan pekerjaan, memikirkan keluarga, memikirkan dagangan dan lain sebagainya. Maka diperlukan untuk kembali lagi pada konsentrasi pada saat sholat dengan kata lain kita meluruskan kembali niat yang sudah keluar atau melenceng dari dalam diri kita, jangan lantas kita malah berasik-asik dengan kesalahan tadi.

Bermuhasabah agar segera dapat berbalik apabila jalan itu salah, dan tidak terperosok sangat dalam ketika tergelincir ke dalam lubang. Marilah kita contoh Rasulullah SAW, yang kesuciannya dijaga oleh Allah SWT, akan tetapi beliau kerap kali menangis dalam doa-doanya dan selalu mengakhiri kesehariannya dengan beristighfar, memohon ampun kepada Allah.

Apalah lagi kita manusia lemah yang mudah salah dan tergoda, sepatutnyalah kita untuk lebih sering lagi untuk bermuhasabah. Kita dapat memanfaatkan waktu-waktu sehabis sholat lima waktu, untuk mengevaluasi atau meninjau ulang kembali apa yang telah kita lakukan diantara dua waktu shalat kita dan juga meninjau kembali rencana-rencana kerja yang hendak dilakukan.

Musahabah, tentulah bukan hanya pada saat kita telah selesai melaksanakan sesuatu saja, akan tetapi mencakup tiga lingkup yang lebih luas lagi

Pertama, Sebelum melakukan sesuatu yaitu dengan meluruskan niat. Segala perbuatan yang baik tidak akan berarti tanpa diawali dengan niat yang ikhlas. Dalam hadis terkenal yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab a.s. dikatakan, "Sesungguhnya amal-amal itu hanya tergantung kepada niat" (HR Bukhari Muslim). Dari hadist di atas tercerminlah betapa pentingnya niat ketika hendak melakukan amalan karena kita hanya akan mendapat sesuai dengan apa yang kita niatkan. Maka sebelum melakukan sesuatu, marilah kita bermuhasabah memperbaiki niat kita kembali, yaitu semata dilakukan hanya untuk mengharap ridho Allah semata.

Kedua, Saat melakukan sesuatu. Terkadang ketika sudah mengawali perbuatan dengan niat yang ikhlas, lalu kemudian di tengah jalan, menemui rintangan dan godaan baik yang berupa bisikan setan maupun godaan dari sesama manusia. Sehingga tanpa disadari membelokkan jalan kita ke arah keburukan. Kewaspadaan sangat dibutuhkan karena setan sangatlah pandai meniupkan godaan-godaan halusnya. Misalkan saja perasaan riya ataupun sombong yang hinggap karena mendapat sanjungan ketika sedang melakukan amalan yang baik ataupun tergoda uang dan sebagainya.

Di dalam Al-Quran Allah telah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)"( Q.S Al-A'raf : 201)

Oleh karena itu marilah kita senantiasa berhati-hati, dan selalu bermuhasabah di tengah langkah kita, seraya memohon perlindungan dan ampunan kepada Allah SWT.

Ketiga, Sesudah melakukan sesuatu. Kesalahan dan dosa yang terlanjur diperbuat, sebesar apapun insya Allah diperkenankan untuk diampuni-Nya asalkan kita memohon ampun dan bertaubat dengan sebenar-benarnya. Senantiasa bermusahabah sesudah melakukan sesuatu, seperti membersihkan debu-debu yang melekat di kaca setiap kali, dengan tidak membiarkan debu-debu tersebut menjadi bertumpuk-tumpuk sehingga susah untuk dibersihkan dan susah untuk mengembalikan kilapannya. Demikianlah juga diri kita yang harus selalu dijaga dari segala dosa sehingga kita mudah untuk menerima bimbinganNya menuju jalan islam yang lurus.

Untuk itulah sobat muda marilah kita berniat dengan sungguh-sungguh dengan meluruskan niat kita dengan disertai bermusahabah agar nantinya kita tidak sia-sia apa yang kita kerjakan. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan HidayahNya, agar kita dapat menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat dengan selalu bermuhasabah terhadap diri kita, Amien….

Mari kita awali segala yang kegiatan dengan niat tulus ikhlas agar menjadi berkah dikemudian hari. Bismillahirrahmaanirrahim…..

;;